TAWURAN PELAJAR
Kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat
efektif yang dilakukan oleh para remaja. Hal ini seolah menjadi bukti nyata
bahwa seorang yang terpelajar pun leluasa melakukan hal-hal yang bersifat
anarkis, premanis, dan rimbanis. Tentu saja perilaku buruk ini tidak hanya
merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian atau tawuran itu sendiri tetapi
juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara langsung.
Lalu mengapa tawuran antar pelajar ini bisa terjadi?
Faktor apa sajakah yang menyebabkan tawuran antar pelajar ini? Apa saja
dampak yang ditimbulkan dari tawuran yang dilakukan? Dan bagaimanakah kita
sebagai manusia-manusia perbaikan bangsa mencari jawaban atas semua
permasalahan-permasalahan yang terjadi pada tawuran pelajar ini?
I. Pengertian Tawuran.
Dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran”dapat diartikan
sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah
seorang manusia yang belajar. Sehingga pengertian tawuran pelajar adalah
perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut
dilakukan oleh orang yang sedang belajar
Secara
psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai
salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja,
dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu
situasional dan sistematik.
1.
Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang
“mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat
adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
2.
Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di
dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan
kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai
anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh
kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja
akan cenderung membuat sebuah genk yang mana dari pembentukan genk inilah
para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan
yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.
II. Faktor- faktor yang menyebabkan
tawuran pelajar.
Berikut
ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pelajar, diantaranya :
a.
Faktor Internal
Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu
sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam
menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari
luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi
dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri
dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman
lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam. Para remaja yang mengalami
hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa
berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu,
ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya
perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi, tidak mudah mengendalikan diri,
tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang remaja biasanya
membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.
b.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar
individu, yaitu :
1. Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari
orangtua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang
dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia
akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari
keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab
kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan
rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik
dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
2. Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai
secara akademik namun juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah
untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa
menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya
kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya disekolah tidak jarang
ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik
anak muruidnya akhirnya guru tersebut menunjukkan kemarahannya melalui
kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para siswanya. Lalu disinilah peran
guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang
baik.
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi
perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik
akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering
remaja lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para remaja. Hal ini
membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk
mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya juga bisa
mengakibatkan tawuran.
III. Berikut beberapa
cara mencegah dan menanggulangi tawuran:
1.
Menciptakan lingkungan keluarga yang baik untuk anak. Tawuran yang kerap
terjadi diantara para pelajar adalah bukti bahwa kesehatan mental para pelajar
tidak berada pada kondisi terbaik. Mereka mudah sekali tersulut emosi oleh
hal-hal sepele, kesehatan mental yang tak baik kerap dialami oleh para remaja
yang tinggal di lingkungan yang akrab dengan kekerasan. Di sinilah dituntut
peran aktif para orang tua, menciptakan lingkungan keluarga yang sarat oleh
nilai nilai religi, penuh kasih saying, perhatian dan dukungan demi
perkembangan mental dan pisikologis anak yang sehat.
2. Solusi dampak tawuran oleh pihak sekolah kepada siswa. Sekolah sebagai lembaga formaltempat orangtua menitipkan anak-anaknya semestinya mampu untuk secara terus menerus mengingatkan kepada siswa tentang efek negative dari tawuran tersebuat, siswa pun dihimbau untuk tidak menyelesaikan masalah dengan kekerasan atau tawuran, bahkan ketika satu saat terlibat tawuran maka sama halnya mereka melakukan tindakan keriminal, dan setiap tindakan keriminal, dan setiap tindakan criminal pastinya akan di usut tuntuntas oleh kepolisian.
3.Menangkap pelaku tawuran dan memberikan sangsi yang berat , seperti halnya pelaku kejahatan, selama ini para pelaku tawuran yang masih bersetatus pelajar sering lolos dari jeratan hokum karna di anggap masih anak-anak. Akhirnya mereka hanya di bimbing namun tak diberi sangsi yang berat, misalnya di penjara dan dikeluarkan dari sekolahnya. Pemberian sangsipun sebaiknya tidak pandang bulu, jamhan mentang- mentang orangtuanya adalah pejabat lantas si anak bisa seenaknya di bebaskan dari tuntutan hukun.
2. Solusi dampak tawuran oleh pihak sekolah kepada siswa. Sekolah sebagai lembaga formaltempat orangtua menitipkan anak-anaknya semestinya mampu untuk secara terus menerus mengingatkan kepada siswa tentang efek negative dari tawuran tersebuat, siswa pun dihimbau untuk tidak menyelesaikan masalah dengan kekerasan atau tawuran, bahkan ketika satu saat terlibat tawuran maka sama halnya mereka melakukan tindakan keriminal, dan setiap tindakan keriminal, dan setiap tindakan criminal pastinya akan di usut tuntuntas oleh kepolisian.
3.Menangkap pelaku tawuran dan memberikan sangsi yang berat , seperti halnya pelaku kejahatan, selama ini para pelaku tawuran yang masih bersetatus pelajar sering lolos dari jeratan hokum karna di anggap masih anak-anak. Akhirnya mereka hanya di bimbing namun tak diberi sangsi yang berat, misalnya di penjara dan dikeluarkan dari sekolahnya. Pemberian sangsipun sebaiknya tidak pandang bulu, jamhan mentang- mentang orangtuanya adalah pejabat lantas si anak bisa seenaknya di bebaskan dari tuntutan hukun.
OPINI
Berfikirlah
dengan cerdas bahwa tawuran bisa merugikan diri sendiri serta keluarga, bahkan
bisa merusak fasilitas umum. Hindarilah
tindakan anarkis, raih pretasi sebanyak mungkin agar bisa membanggakan orang
tua dan banyak orang.
sumber
: